Jalan yang terletak ditepi sungai sudah sepi. Maklumlah sudah hampir tengah malam. Dari jurusan sana, muncul seorang lelaki tua yang berjalan tenang. Sebaliknya, dari jurusan berlawanan muncul seorang lelaki lain yang bertubuh pendek. Sebentar lagi, mereka pasti berpapasan. Ini semua bisa dilihat dengan jelas oleh si pelayan yang duduk diloteng. Ditimpa sinar bulan yang terang, tampak jelas wajah buruk si lelaki pendek. Si pelayan tidak akan melupakan wajahnya yang seburuk itu. Sebelumnya, dia sudah melihatnya sekali/ yakni, ketika orang yang bernama Hyde itu mengunjungi tuannya untuk suatu urusan. |
Wajah Hyde yang jelek dan memuakkan itu, amat kontras dibandingkan dengan wajah lelaki tua yang tampan dan simpatik itu. Nah, sekarang mereka tepat berpapasan. Si lelaki tua dengan ramah tamah menegur Hyde sambil mengangkat topinya memberi hormat. Tapi, sebagai balasannya, mendadak Hyde menerjangnya dengan kebuasan yang tidak terkendali bagaikan orang gila yang sedang kalap saja. Akibatnya, si tua jatuh terlentang diatas aspal. Kelihatannya, Hyde menjerit bagaikan seekor monyet besar, dan dengan amat buasnya, ia menginjak – injak tubuh si tua dengan kedua kakinya sekuat tenaga. Masih belum puas dengan itu saja, ia menghajar tubuh situa dengan menggunakan tongkatnya. |