-->

Friday, December 20, 2013

UTS Sejarah Kelas IX TP.2013

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER TP.2013/2014
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas : IX SMP
URAIAN OBJEKTIF (UO)
1 Tuliskan 3 penyebab tidak langsung PD I
2 Tuliskan 6 isi perjanjian versailles
3 Tuliskan 5 tujuan LBB
4 Tuliskan 5 badan – badan LBB
5 Tuliskan 3 tugas Sidang Umum
6 Tuliskan 3 isi Perjanjian Locarno
7 Tuliskan 4 tokoh perdamaian dunia
8 Tuliskan 3 anggota Dewan Perwakilan
9 Tuliskan 2 tugas sekretariat tetap
10 Tuliskan 3 azas PBB
11 Tuliskan 2 dampak PD II Bidang Sosial
12 Tuliskan 3 negara fasis
13 Tuliskan 4 sebab – sebab lahirnya NAZ!
14 Tuliskan 2 isi Perjanjian Paris
15 Tuliskan 2 wewenang Dewan Perwakilan
URAIAN NON OBJEKTIF (UNO)
1 Jelaskan penyebab langsung PD I.
2 Jelaskan Muliterisme Jepang.
3 Jelaskan apa yang dimaksud dengan ”Lusithania Incident”.
4 Jelaskan alasan Jepang melakukan propaganda di Indonesia
5 Jelaskan latar belakang munculnya perang dingin.

UTS Sejarah Kelas VIII TP.2013


SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER TP.2013/2014
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas : VIII SMP
URAIAN OBJEKTIF (UO)
1 Tuliskan 5 faktor terjadinya penjelajahan samudra
2 Tuliskan 4 sebab VOC mengalami kebangkrutan
3 Tuliskan 2 tugas utama H.W.Daendels
4 Tuliskan 2 isi Perjanjian Saragosa
5 Tuliskan 4 sebab kegagalan sewa tanah (landront)
6 Tuliskan 3 tujuan gerakan protes petani
7 Tuliskan 4 tokoh perlawanan saparuo
8 Tuliskan 2 sebab Perang Padri
9 Tuliskan 4 pengaruh politik liberal bagi rakyat Indonesia
10 Tuliskan 3 warisan Inggris
11 Tuliskan 3 tokoh penentang Cultuur Stelsel
12 Tuliskan 3 isi Perjanjian VOC – Banten
13 Tuliskan 2 sisi negatif Undang – Undang Agraria 1870
14 Tuliskan 3 peninggalan politik Belanda
15 Tuliskan 4 faktor perlawanan Diponegoro
URAIAN NON OBJEKTIF (UNO)
1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan :
a. Imperialisme
b. Kolonialisme
2 Jelaskan latar belakang dilaksanakan tanam paksa di Indonesia
3 Jelaskan tujuan reorganisasi desa
4 Jelaskan perbedaan missionaris dengan zendeling
5 Jelaskan apa yang dimaksud Cultuur Procenten

UTS Sejarah Kelas VII TP.2013

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER TP.2013/2014
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas : VII SMP
URAIAN OBJEKTIF (UO)
1 Tuliskan 4 pembagian zaman berdasarkan geologi.
2 Tuliskan 5 ciri – ciri Meganthropus Paleojavanicus
3 Tuliskan 3 jenis binatang Reptil zaman Mesozoikum
4 Tuliskan 4 jenis fosil
5 Tuliskan 6 alat batu
6 Tuliskan 7 bangunan megalithikum
7 Tulisman 5 zaman tersier
8 Tuliskan 4 ciri – ciri homo
9 Tuliskan pendapat N.J.Kroom asal muasal masyarakat Indonesia
10 Tuliskan 4 keturunan Proto Melayu
11 Tuliskan 3 cara menentukan umur peninggalan pra-aksara
12 Tuliskan 3 jenis fosil dari luar Indonesia
13 Tuliskan 5 alat perunggu
14 Tuliskan 3 jenis homo
15 Tuliskan 5 ciri – ciri pithecanthropus.
URAIAN NON OBJEKTIF (UNO)
1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan :
a. Abris Sous Roche
b. Kjok Ken Modinger
2 Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang Pithecanthropus Erectus!
3 Jelaskan alasan pendapat dari Hogen yang menyatakan bahwa bangsa yang mendiami pesisir melayu berasal dari sumatera
4 Jelaskan apa yang dimaksud dengan :
a. Zaman Glasial
b. Zaman Interglasial
5 Jelaskan bagaimana kedatangan Deutro Melayu ke Indonesia

UTS Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IX TP.2013

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER TP.2013/2014
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : IX SMP
URAIAN OBJEKTIF (UO)
1 Tuliskan pengertian bangsa (nation)?
2 Tuliskan 3 sifat – sifat negara?
3 Tuliskan 4 unsur – unsur terbentuknya negara?
4 Tuliskan pengertian rakyat suatu negara?
5 Tuliskan 4 fungsi negara secara umum?
6 Tuliskan pengertian pemerintah kedaulatan kedalam?
7 Tuliskan pengertian asas kewarganegaraan ”IUS SANGUINIS”?
8 Tuliskan pengertian asas kewarganegaraan ”IUS SOLI” dan contohnya?
9 Tuliskan pengertian ”BIPATRIDE”dan”A-PATRIDE” dan contohnya masing – masing?
10 Tuliskan 3 hak dan kewajiban warga negara pada bidang ekonomi?
11 Tuliskan 4 Hak dan Kewajiban warga negara pada bidang ekonomi?
12 Tuliskan pengertian ”AGRESI”?
13 Tuliskan pengertian ”SPIONASE”dan”SABOTASE”?
14 Tuliskan 3 komponen ”SISHANKAMRATA”?
15 Tuliskan pengertian ancaman terhadap negara?
URAIAN NON OBJEKTIF (UNO)
1 Jelaskan pengertian sishankamrata?
2 Jelaskan pengertian pembelaan negara?
3 Jelaskan 3 ancaman non militer terhadap keamanan dan keselamatan negara?
4 Jelaskan upaya bela negara terhadap ancaman militer?
5 Jelaskan upaya negara terhadap ancaman ”NARKOBA”?

UTS Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII TP.2013

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER TP.2013/2014
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VIII SMP
URAIAN OBJEKTIF (UO)
1 Tuliskan pengertian Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia?
2 Tuliskan pengertian Pancasila sebagai dasar negara Indonesia?
3 Tuliskan perbedaan piagam Jakarta dengan pembukaan UUD 1945?
4 Tuliskan fungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa?
5 Tuliskan maksud dan tujuan dirumuskan Pancasila?
6 Tuliskan nilai sila Ketuhanan Yang Maha Esa?
7 Tuliskan nilai sila Kemanusiaan yang adil dan beradab?
8 Tuliskan nilai sila Persatuan Indonesia?
9 Tuliskan pengertian Ideologi Liberalisme?
10 Tuliskan pengertian Ideologi Komunisme?
11 Tuliskan nilai sila ke IV Pancasila?
12 Tuliskan nilai sila ke V Pancasila?
13 Tuliskan pengertian konstitusi ?
14 Tuliskan sistematika UUD 1945?
15 Tuliskan sistematika konstitusi RIS 1949?
URAIAN NON OBJEKTIF (UNO)
1 Jelaskan 5 perbedaan UUD 1945 dengan Konstitusi RIS 49?
2 Jelaskan perangkat negara menurut UUD 1945 dan perangkat negara menurut konstitusi RIS 1949?
3 Jelaskan 7 kunci pokok sistem pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945?
4 Jelaskan secara singkat perumusan Pancasila menjadi dasar negara?
5 Jelaskan maksud Pancasila satu kesatuan yang bulat dan utuh?

UTS Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VII TP.2013

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER TP.2013/2014
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VII SMP
URAIAN OBJEKTIF (UO)
1 Tuliskan pengertian ”IMAN” dan ”TAKWA”?
2 Tuliskan pengertian ”CAUSA PRIMA”?
3 Tuliskan isi bunyi alinea ketiga pembukaan UUD 1945?
4 Tuliskan 5 ciri – ciri manusia beriman dan bertakwa?
5 Tuliskan 5 sikap berakhlak mulia yang perlu dikembangkan?
6 Tuliskan 4 perilaku beriman dan bertakwa dalam lingkungan sekolah?
7 Tuliskan 4 perilaku beriman dan beraklak mulia dilingkungan masyarakat?
8 Tuliskan hal – hal yang dibahas pada sidang I BPUPKI?
9 Tuliskan perbedaan rumusan Pancasila pada piagam Jakarta dibandingkan dengan pembukaan UUD 1945 sekarang?
10 Tuliskan pengertian ideologi Liberalisme?
11 Tuliskan pengertian ideologi Komunisme?
12 Tuliskan pengertian ideologi Pancasila?
13 Tuliskan hal – hal yang dibahas pada sidang II BPUPKI?
14 Tuliskan 5 sikap semangat pendiri negara dalam merumuskan Pancasila?
15 Tuliskan pengertian nasionalisme?
URAIAN NON OBJEKTIF (UNO)
1 Jelaskan pengertian Patriotisme?
2 Jelaskan tujuan dibentuknya BPUPKI?
3 Jelaskan pengertian Pancasila?
4 Jelaskan fungsi Pancasila bagi bangsa Indonesia?
5 Jelaskan 3 contoh pelaksanaan sila I Pancasila di lingkungan sekolah?

UTS Bahasa Indonesia Kelas VII TP.2013


SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER TP.2013/2014
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VII SMP
URAIAN OBJEKTIF (UO)
Perhatikan kutipan dialog berikut ini !
Ibu : ”Tolong, ambilkan aku obat, Nak!”
Anak : ”Ya, Bu. Akan Saya ambilkan.”
Ibu : ”Mengapa sakitku belum sembuh padahal obat hampir habis?”
Anak : ”Sabar Bu, nanti juga sembuh. Yang penting Ibu berdoa, mohon kesembuhan”
1 Tuliskan suasana yang terdapat dalam dialog diatas!
2 Tuliskan karakter tokoh ”Anak” pada penggalan drama diatas!
Bacalah teks berikut dengan seksama, kemudian kerjakan soal nomor 3 – 5 !
Ani : ”Boleh berobat jalan, Dok?”
Dokter : ”Tidak! Anda harus di infus. Besok pagi Anda saya rujuk ke rumah sakit.”
Ani : ”Terima kasih, Dok. Saya akan memberi tahu Bapak dan Ibu saya. Berapa saya harus bayar, Dok?”
Dokter : ”Tidak usah bayar dulu. Nanti saja kalau sudah sembuh. Malam ini Anda harus banyak istirahat”
3 Tuliskan latar tempat pada cuplikan drama diatas!
4 Tuliskan watak tokoh dokter dalam kutipan drama tersebut
5 Tuliskan watak tokoh Ami dalam kutipan drama diatas.
6 Tuliskan 5 ciri – ciri drama !
7 Tuliskan 1 contoh gaya bahasa / personifikasi!
8 Tuliskan 1 contoh gaya bahasa Metonomia!
9 Tuliskan 1 contoh gaya bahasa Metafora!
10 Perubahan roman muka seorang aktor atau aktris dipanggung dalam pementasan drama disebut.....
Bacalah kutipan novel berikut dan jawablah soal nomor 11 sampai dengan 15
Jalan yang terletak ditepi sungai sudah sepi. Maklumlah sudah hampir tengah malam. Dari jurusan sana, muncul seorang lelaki tua yang berjalan tenang. Sebaliknya, dari jurusan berlawanan muncul seorang lelaki lain yang bertubuh pendek. Sebentar lagi, mereka pasti berpapasan. Ini semua bisa dilihat dengan jelas oleh si pelayan yang duduk diloteng. Ditimpa sinar bulan yang terang, tampak jelas wajah buruk si lelaki pendek. Si pelayan tidak akan melupakan wajahnya yang seburuk itu. Sebelumnya, dia sudah melihatnya sekali/ yakni, ketika orang yang bernama Hyde itu mengunjungi tuannya untuk suatu urusan.
Wajah Hyde yang jelek dan memuakkan itu, amat kontras dibandingkan dengan wajah lelaki tua yang tampan dan simpatik itu. Nah, sekarang mereka tepat berpapasan. Si lelaki tua dengan ramah tamah menegur Hyde sambil mengangkat topinya memberi hormat. Tapi, sebagai balasannya, mendadak Hyde menerjangnya dengan kebuasan yang tidak terkendali bagaikan orang gila yang sedang kalap saja. Akibatnya, si tua jatuh terlentang diatas aspal. Kelihatannya, Hyde menjerit bagaikan seekor monyet besar, dan dengan amat buasnya, ia menginjak – injak tubuh si tua dengan kedua kakinya sekuat tenaga. Masih belum puas dengan itu saja, ia menghajar tubuh situa dengan menggunakan tongkatnya.
11 Tuliskan watak Hyde!
12 Tuliskan tokoh utama novel diatas!
13 Tuliskan setting waktu novel diatas!
14 Tuliskan isi cerita novel diatas!
15 Tuliskan alur novel diatas!
URAIAN NON OBJEKTIF (UNO)
1 Jelaskan persiapan yang dilakukan sebelum melakukan kegiatan wawancara!
2 Tuliskan 4 persiapan sebelum memerankan tokoh dalam drama!
3 Tuliskan sistematika laporan dengan benar!
4 Uraikan unsur pembangun karya sastra!
5 Gambarlah denah sekolah kalian mulai dari rumah tempat tinggalmu sampai kesekolah dengan tepat!

UTS Agama Kristen Kelas IX TP.2013

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER TP.2013/2014
Mata Pelajaran : Agama Kristen
Kelas : IX SMP
URAIAN OBJEKTIF (UO)
1 Tuliskan pengertian tanggung jawab secara umum?
2 Tuliskan 2 arti tanggung jawab bagi manusia yang telah diselamatkan !
3 Tuliskan lima hal yang harus dimiliki oleh manusia agar tanggung jawab dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan kehendak Tuhan!
4 Tuliskan 3 hal yang perlu dilakukan agar manusia dapat memahami dan mengerti kebenaran Allah!
5 Tuliskan 5 keseimbangan hidup yang perlu dimiliki orang yang diselamatkan !
6 Tuliskan apa arti ”talenta” !
7 Tuliskan 4 segi pertumbuhan yang diperlukan dalam diri manusia!
8 Tuliskan 4 arti bertumbuh!
9 Tuliskan 7 tanggung jawab terhadap sesama yang berlandaskan kasih!
10 Tuliskan 4 tanggung jawab umat Tuhan bagi bangsa dan negara menurut Alkitab!
11 Tuliskan beberapa tanggung jawab siswa dalam pendidikan nasional?
12 Tuliskan beberapa ciri – ciri manusia yang lari dari tanggung jawab?
13 Tuliskan bunyi Roma 12 : 21?
14 Tuliskan beberapa mengapa seorang anak tidak mau menaati dan menghormati orang tuanya?
15 Tuliskan 5 tugas anak dalam keluarga?
URAIAN NON OBJEKTIF (UNO)
1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan hidup yang bertanggung jawab?
2 Mungkinkah kita dapat mengasihi Tuhan dengan baik tanpa mengenal Tuhan ? Jelaskan?
3 Dengan bagaimanakah diri manusia dapat menjadi berarti? Jelaskan!
4 Bagaimana posisi orang kristen ditengah – tengah masyarakat ? Jelaskan !
5 Apa pesan Paulus bagi orang percaya dalam Galatia 6 : 10 a?

UTS Agama Kristen Kelas VIII TP.2013

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER TP.2013/2014
Mata Pelajaran : Agama Kristen
Kelas : VIII SMP
URAIAN OBJEKTIF (UO)
1 Tuliskan pengertian Bersyukur
2 Tuliskanlah pengertian bersyukur berdasarkan kamus bahasa indonesia
3 Apakah perbedaan syukur dan terima kasih
4 Tuliskanlah arti bersyukur yang Alkitabiah
5 Tuliskanlah isi 2 Timotius 3 : 16
6 Tuliskanlah arti kehadiran Allah dalam hidup kita sebagai Raja
7 Tuliskanlah arti kehadiran Allah dalam hidup kita sebagai Guru
8 Tuliskanlah arti kehadiran Allah dalam hidup kita sebagai Bapa
9 Tuliskanlah 4 kemauan Tuhan dari hidup kita menurut Mzm 1 : 1-6
10 Tuliskanlah anak – anak Nuh
11 Tuliskanlah 2 peristiwa besar yang terjadi pada zaman Nuh.
12 Tuliskanlah tanda perjanjian Allah dengan Nuh dan apa artinya.
13 Tuliskanlah harta kekayaan yang dimiliki Ayub
14 Tuliskanlah ke-3 anak perempuan Ayub
15 Tuliskanlah perkataan Ayub kepada istrinya untuk menjaga kehormatan Allah
URAIAN NON OBJEKTIF (UNO)
1 Apakah yang mendorong Raja Daud untuk tetap bersyukur
2 Hal apakah yang disyukuri Raja Daud sesudah dia bertobat
3 Jelaskanlah isi surat kuasa yang diminta Paulus dari iman besar Yahudi sebelum ia bertobat
4 Apakah isi nasehat yang disampaikan Paulus kepada pengikut kristus
5 Jelaskanlah Nubuat Simeon tentang Yesus

UTS Agama Kristen Kelas VII TP.2013


SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER TP.2013/2014
Mata Pelajaran : Agama Kristen
Kelas : VII SMP
URAIAN OBJEKTIF (UO)
1 Tuliskan 5 yang harus dilakukan manusia sebagai gambar dan rupa Allah!
2 Tuliskan apa saja menurut kamu contoh mandat dan karya Allah itu?
3 Tuliskan 3 tugas manusia sebagai teman sekerja Allah!
4 Apa arti bertanggung jawab sebagai gambar dan rupa Allah?
5 Tuliskan 3 tindakan – tindakan yang mencerminkan gambar dan rupa Allah!
6 Tuliskan 3 kebesaran Allah dalam kitab Perjanjian Lama (PL).
7 Tuliskan 5 kebesaran Allah dalam kitab Perjanjian Baru (PB).
8 Tuliskan kebesaran Tuhan yang terjadi didalam dirimu!
9 Tuliskan penciptaan Tuhan dari hari pertama sampai hari ke enam!
10 Apa arti ”Creatio Ex Nihilo” !
11 Tuliskan bunyi Amsal 1 : 7 ?
12 Tuliskan 5 contoh keterbatasan manusia?
13 Tuliskan tugas orang percaya ditengah – tengah dunia?
14 Apa arti ”Hikmat”?
15 Tuliskan pendapatan tentang kemahakuasaan Allah?
URAIAN NON OBJEKTIF (UNO)
1 Mengapa manusia disebut ciptaan Allah yang istimewa?
2 Mengapa manusia disebut milik Allah, bukan milik dunia ini?
3 Jelaskan pengertian ”Demuth” dan ”Tselem”?
4 Bagaimana cara manusia itu menghargai dirinya selaku milik Allah?
5 Jelaskan hubungan roh manusia dengan roh Allah?

Saturday, November 2, 2013

Kisah Kunjungan Lima Ratus Bhikkhu (Dhammapada 6 : 87-89)

VI. Pandita Vagga - Orang Bijaksana 


(87) Meninggalkan rumah dan pergi menempuh kehidupan tanpa rumah, 
demikian hendaknya orang bijaksana meninggalkan keadaan gelap (kebodohan), 
dan mengembangkan keadaan terang (kebijaksanaan). 
Hendaknya ia mencari kebahagiaan pada ketidakmelekatan yang sulit didapat.

(88) Dengan meninggalkan semua kesenangan indria dan kemelekatan, 
demikian hendaknya orang bijaksana membersihkan dirinya
dari noda-noda pikiran.

(89) Mereka yang telah menyempurnakan pikirannya
dalam Tujuh Faktor Penerangan, 
yang tanpa ikatan, yang bergembira dengan batin yang bebas, 
yang telah bebas dari kekotoran batin, yang bersinar, 
maka sesungguhnya mereka telah mencapai Nibbana
dalam kehidupan sekarang ini juga.
------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lima ratus bhikkhu yang menjalani masa vassa di Kosala, datang untuk memberikan penghormatan kepada Sang Buddha di Vihara Jetavana pada akhir masa vassa.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini sesuai dengan berbagai perangai mereka:

"Kaṇhaṃ dhammaṃ vippahāya
sukkaṃ bhāvetha paṇḍito,
okā anokaṃ āgamma
viveke yattha dūramaṃ.

Tatrābhiratim iccheyya, hitvā kāme akiñcano
pariyodapeyya attānaṃ cittaklesehi paṇḍito.

Yesaṃ sambodhi-aṅgesu sammā cittaṃ subhāvitaṃ
ādānapaṭinissagge anupādāya ye ratā
khīṇāsavā jutīmanto te loke parinibbutā."

Meninggalkan rumah dan pergi menempuh kehidupan tanpa rumah,
demikian hendaknya orang bijaksana meninggalkan keadaan gelap (kebodohan),
dan mengembangkan keadaan terang (kebijaksanaan).
Hendaknya ia mencari kebahagiaan pada ketidakmelekatan yang sulit didapat.

Dengan meninggalkan semua kesenangan indria dan kemelekatan,
demikian hendaknya orang bijaksana membersihkan dirinya
dari noda-noda pikiran.

Mereka yang telah menyempurnakan pikirannya
dalam Tujuh Faktor Penerangan,
yang tanpa ikatan, yang bergembira dengan batin yang bebas,
yang telah bebas dari kekotoran batin, yang bersinar,
maka sesungguhnya mereka telah mencapai Nibbana
dalam kehidupan sekarang ini juga.

Kisah Pendengar-pendengar Dhamma (Dhammapada 6 : 85-86)

VI. Pandita Vagga - Orang Bijaksana

(85) Di antara umat manusia
hanya sedikit yang dapat mencapai pantai seberang, 
sebagian besar hanya berjalan hilir mudik di tepi sebelah sini.

(86) Mereka yang hidup sesuai dengan Dhamma
yang telah diterangkan dengan baik,
akan mencapai Pantai Seberang,
menyeberangi alam kematian yang sangat sukar diseberangi.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pada suatu kesempatan, sekumpulan orang dari Savatthi bersama-sama membuat persembahan khusus kepada para bhikkhu, dan mereka meminta para bhikkhu memberikan khotbah Dhamma sepanjang malam di tempat mereka. Pada saat itu, banyak di antara para pendengar tidak dapat duduk sepanjang malam dan pulang lebih cepat; beberapa orang duduk disana sepanjang malam, tetapi sebagian besar waktunya dihabiskan dengan mengantuk dan setengah tidur. Hanya sedikit orang yang mendengarkan dengan penuh perhatian khotbah Dhamma itu.

Pagi hari para bhikkhu berkata kepada Sang Buddha tentang apa yang terjadi pada malam hari sebelumnya, Beliau menjawab, "Kebanyakan orang terikat pada dunia ini, hanya sedikit orang yang dapat mencapai pantai seberang (nibbana)".

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini:

"Appakā te manussesu ye janā pāragāmino
athāyaṃ itarā pajā tiram evānudhāvati

Ye ca kho sammadakkhāte
dhamme dhammānuvattino
te janā pāram essanti
maccudheyyaṃ suduttaraṃ."

Di antara umat manusia
hanya sedikit yang dapat mencapai pantai seberang,
sebagian besar hanya berjalan hilir mudik di tepi sebelah sini.

Mereka yang hidup sesuai dengan Dhamma
yang telah diterangkan dengan baik,
akan mencapai Pantai Seberang,
menyeberangi alam kematian yang sangat sukar diseberangi.

Kisah Bhikkhu Dhammika (Dhammapada 6 : 84)

VI. Pandita Vagga - Orang Bijaksana

(84) Seseorang yang arif tidak berbuat jahat
demi kepentingannya sendiri ataupun orang lain,
demikian pula ia tidak menginginkan anak, kekayaan, pangkat
atau keberhasilan dengan cara yang tidak benar.
Orang seperti itulah yang sebenarnya luhur, bijaksana, dan berbudi.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dhammika tinggal di Savatthi bersama istrinya. Suatu hari, ia berkata kepada istrinya yang sedang hamil bahwa ia berkeinginan untuk menjadi seorang bhikkhu. Istrinya memohon kepadanya untuk menunggu sampai kelahiran anak mereka. Ketika anak tersebut lahir, ia kembali meminta kepada istrinya untuk memperbolehkannya pergi. Sekali lagi istrinya memohon kepadanya untuk menunggu sampai anak tersebut dapat berjalan.

Kemudian Dhammika berkata kepada dirinya sendiri, "Tidak ada gunanya bagiku meminta persetujuan dari istriku untuk menjadi bhikkhu, saya harus berjuang untuk kebebasanku sendiri!" Setelah membuat keputusan teguh, ia meninggalkan rumahnya untuk menjadi seorang bhikkhu. Sang Buddha memberikan objek meditasi kepadanya, dan ia mempraktekkan meditasi dengan sungguh-sungguh dan rajin, tak lama kemudian ia menjadi seorang arahat.

Beberapa tahun setelah itu, beliau menengok rumahnya dengan maksud untuk mengajarkan Dhamma kepada istri dan anaknya. Anaknya menjadi bhikkhu dan kemudian mencapai tingkat kesucian arahat. Sang istri kemudian berkata, "Sekarang suami dan anakku telah meninggalkan rumah, saya lebih baik pergi juga." Dengan pikiran ini, ia juga meninggalkan rumah dan menjadi bhikkhuni, dan akhirnya ia juga mencapai tingkat kesucian arahat.

Dalam pertemuan para bhikkhu, Sang Buddha diberitahukan bagaimana Dhammika menjadi seorang bhikkhu dan mencapai tingkat kesucian arahat, dan karena melalui Dhammika, anak dan istrinya juga menjadi arahat.
Kepada mereka Sang Buddha bersabda, "Para bhikkhu, orang bijaksana tidak menginginkan kekayaan dan kemakmuran yang diperoleh dengan cara tidak benar. Apakah hal itu dilakukan demi dirinya sendiri atau demi orang lain. Ia berjuang hanya untuk pembebasan dirinya dari roda tumimbal lahir (samsara) dengan cara memahami Dhamma dan hidup sesuai dengan Dhamma."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Na attahetu na parassa hetu
na puttam icche na dhanaṃ na raṭṭhaṃ
na iccheyya adhammena samiddhim attano
sa sīlavā paññavā dhammiko siyā."

Seseorang yang arif tidak berbuat jahat
demi kepentingannya sendiri ataupun orang lain,
demikian pula ia tidak menginginkan anak, atau kekayaan, atau kerajaan
dengan berbuat jahat maupun kesuksesan dengan cara yang tidak benar.
Orang seperti itulah yang sebenarnya luhur, bijaksana, dan berbudi.

Kisah Lima Ratus Bhikkhu (Dhammapada 6 : 83)

VI. Pandita Vagga - Orang Bijaksana

(83) Orang bajik membuang kemelekatan terhadap sesuatu, 
orang suci tidak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan nafsu keinginan. 
Dalam menghadapi kebahagiaan atau kemalangan, 
orang bijaksana tidak menjadi gembira maupun kecewa.
--------------------------------------------------------------------------------------------------

Atas permintaan seorang brahmana dari Veranja, Sang Buddha pada suatu saat tinggal di Veranja bersama lima ratus orang bhikkhu. Ketika berada di Veranja sang brahmana lalai untuk memperhatikan kebutuhan hidup mereka. Penduduk Veranja yang kemudian menghadapi kelaparan, hanya dapat mempersembahkan sangat sedikit dana pada saat bhikkhu berpindapatta. Kendatipun mengalami penderitaan para bhikkhu tidak berputus asa. Mereka hanya cukup mendapatkan makanan berupa padi-padian yang dipersembahkan para penjual kuda setiap hari. Saat akhir masa vassa tiba, setelah memberitahu sang brahmana, Sang Buddha kembali ke Vihara Jetavana beserta lima ratus bhikkhu. Masyarakat Savatthi menyambut kedatangan mereka dengan bermacam-macam pilihan makanan.

Sekelompok orang yang hidup bersama para bhikkhu, memakan makanan yang tak dimakan oleh para bhikkhu. Mereka makan dengan rakus seperti orang yang benar-benar lapar, dan pergi tidur setelah mereka makan. Setelah bangun tidur, mereka berteriak, bernyanyi dan menari, mereka membuat suatu keributan.

Ketika Sang Buddha datang sore hari di tengah-tengah para bhikkhu, para bhikkhu melaporkan hal itu kepada beliau, perilaku orang-orang yang tidak dapat dikendalikan, dan berkata "Orang-orang ini hidup dari sisa makanan, mereka bersikap layak dan berperilaku baik ketika kita semua menghadapi penderitaan dan kelaparan di Veranja. Sekarang mereka cukup mendapat makanan yang baik, mereka berteriak, menyanyi, dan menari, serta membuat keributan di antara mereka sendiri. Berbeda dengan para bhikkhu. Para bhikkhu bagaimanapun keadaannya memiliki perilaku yang sama, baik di sini maupun di Veranja."

Kepada mereka Sang Buddha menjawab "Itu merupakan sifat alamiah dari orang bodoh, penuh dengan duka cita dan merasa tertekan ketika mereka dalam kesulitan, tetapi penuh dengan suka cita dan merasa gembira ketika sesuatu berjalan lancar. Orang bijaksana bagaimanapun keadaannya dapat bertahan dalam gelombang kehidupan baik naik maupun turun."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini:

"Sabbattha ve sappurisā vajanti,
na kāmakāmā lapayanti santo,
sukhena phuṭṭhā athavā dukhena
na uccāvacaṃ paṇḍitā dassayanti."

Orang bajik membuang kemelekatan terhadap sesuatu,
orang suci tidak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan nafsu keinginan.
Dalam menghadapi kebahagiaan atau kemalangan,
orang bijaksana tidak menjadi gembira maupun kecewa.

Kisah Kanamata (Dhammapada 6 : 82)

VI. Pandita Vagga - Orang Bijaksana

(82) Bagaikan danau yang dalam, airnya jernih dan tenang. 
Demikian pula batin para orang bijaksana, menjadi tentram
karena mendengarkan Dhamma.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kanamata (bhs Pali; mata = ibu, Kanamata = ibunya Kana) adalah umat awam berbakti, murid Sang Buddha. Anaknya yang bernama Kana telah menikah dengan seorang pemuda dari desa lain. Suatu ketika Kana menjenguk ibunya untuk beberapa waktu, suaminya mengirim pesan agar ia segera pulang ke rumah. Ibunya berkata kepadanya untuk menunggu beberapa hari sebab ia ingin membuatkan daging manis (dendeng) untuk suami Kana. Esoknya Kanamata membuat sejumlah dendeng, tetapi ketika empat bhikkhu berpindapatta di rumahnya, ia mendanakan sejumlah daging kepada mereka. Empat bhikkhu tersebut berkata kepada bhikkhu lainnya tentang persembahan dana makanan dari rumah Kanamata, mereka juga melakukan pindapatta di rumah Kanamata. Kanamata sebagai pengikut dan murid Sang Buddha mempersembahkan dendengnya kepada para bhikkhu yang datang satu persatu. Pada akhirnya tidak ada yang tersisa untuk Kana dan ia tidak dapat pulang ke rumahnya pada hari itu.

Hal yang sama terjadi pada dua hari berikutnya, ibunya membuat sejumlah dendeng, para bhikkhu datang berpindapatta di rumahnya, ia mempersembahkan dendengnya kepada para bhikkhu, sehingga tidak ada tersisa untuk dibawa pulang anaknya, dan anaknya tidak dapat pulang ke rumahnya.

Pada hari ketiga, suaminya mengirimkan pesan untuknya. Pesan yang merupakan suatu peringatan keras, jika ia tidak pulang ke rumah esok hari, maka suaminya akan menikah dengan wanita lain.

Tetapi pada esok harinya, Kana tetap tidak dapat pulang ke rumahnya, sebab ibunya mempersembahkan semua dendengnya untuk para bhikkhu. Peringatan keras tadi menjadi kenyataan, suami Kana menikah dengan wanita lain.

Kana menjadi tidak senang terhadap para bhikkhu. Ia beranggapan bahwa mereka yang menjadi gara-gara suaminya menikah lagi. Seringkali ia mencaci maki para bhikkhu, sehingga para bhikkhu akhirnya menjauh dari rumah Kanamata.

Mendengar perihal Kana, Sang Buddha pergi ke rumah Kanamata. Di sana Kanamata mempersembahkan sejumlah bubur nasi. Setelah menyantap persembahan itu, Sang Buddha menemui Kana dan bertanya kepadanya, "Apakah para bhikkhu menerima apa yang diberikan, atau yang tidak diberikan kepada mereka?" Kana menjawab bahwa para bhikkhu menerima apa yang diberikan kepada mereka, dan menambahkan bahwa "Mereka tidak bersalah, saya yang salah." Jadi ia mengakui kesalahannya dan kemudian memberi hormat kepada Sang Buddha.

Sang Buddha kemudian memberikan khotbah. setelah mendengarkan khotbah itu, Kana mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Pada perjalanan pulang ke vihara, Sang Buddha bertemu dengan Raja Pasenadi dari Kosala. Beliau mengatakan perihal Kana dan sikapnya yang tidak baik terhadap para bhikkhu. Raja Pasenadi bertanya apakah Sang Buddha telah dapat mengajarkan kebenaran (Dhamma) kepadanya dan membuatnya melihat Dhamma? Sang Buddha menjawab "Ya, Tathagata telah mengajarkan Dhamma kepadanya, dan Tathagatha juga telah membuatnya menjadi kaya dalam kehidupan mendatang." Kemudian Raja Pasenadi berjanji kepada Sang Buddha untuk membuatnya kaya dalam kehidupan sekarang.

Raja mengirimkan orang-orangnya untuk menjemput Kana dengan tandu. Ketika Kana tiba di istana, raja mengumumkan kepada para menterinya “Siapa yang dapat memberi kenyamanan hidup kepada anakku Kana, silahkan merawatnya." Salah seorang menteri dengan sukarela mengadopsi Kana sebagai anaknya, memberinya kekayaan dan berkata kepadanya, "Kamu boleh memberikan dana sebanyak yang kamu suka." Setiap hari Kana memberikan persembahan dana kepada para bhikkhu di empat gerbang kota.

Ketika diberitahukan tentang Kana dan kemurahan hatinya dalam memberikan dana, Sang Buddha bersabda, "Para bhikkhu pikiran Kana sebelumnya diselimuti kabut dan lumpur, sekarang telah menjadi jernih dan tenang oleh kata-kata-Ku."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini:

"Yathāpi rahado gambhīro vippasanno anāvilo
evaṃ dhammāni sutvāna vippasīdanti paṇḍitā."

Bagaikan danau yang dalam,
airnya jernih dan tenang.
Demikian pula batin para orang bijaksana,
menjadi tentram karena mendengarkan Dhamma.

Kisah Lakundaka Bhaddiya Thera (Dhammapada 6 : 81)

 VI. Pandita Vagga - Orang Bijaksana

(81) Bagaikan batu karang yang tak tergoncangkan oleh badai, 
demikian pula para bijaksana tidak akan terpengaruh oleh celaan maupun pujian.
------------------------------------------------------------------------------------------------

Bhaddiya adalah salah satu bhikkhu yang tinggal di Vihara Jetavana. Karena tubuhnya pendek maka ia dikenal dengan sebutan Lakundaka (pendek) oleh para bhikkhu lainnya. Lakundaka Bhaddiya mempunyai sifat yang sangat baik, meskipun bhikkhu-bhikkhu muda sering menggodanya dengan menarik hidungnya atau telinganya atau menepuk kepalanya. Sangat sering mereka bercanda dan berkata "Paman, bagaimana keadaanmu? Apakah kamu berbahagia, atau, apakah kamu bosan dengan kehidupan sebagai seorang bhikkhu di sini?" dan lain sebagainya. Lakundaka Bhaddiya tidak pernah membalas dengan kemarahan atau mencaci maki mereka, bahkan dalam hati kecilnya pun ia tidak marah terhadap mereka.

Ketika diceritakan tentang kesabaran Lakundaka Bhaddiya, Sang Buddha bersabda, "Seorang arahat tidak pernah marah maupun kehilangan kesabaran, ia tidak punya keinginan untuk berkata kasar atau berpikir menyakiti orang lain. Ia laksana batu karang yang tak tergoyahkan, seorang arahat tidak tergoyahkan karena celaan ataupun pujian."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini:

“Selo yathā ekaghano vātena na samīrati
evaṃ nindāpasaṃsāsu na samiñjanti paṇḍitā”

Bagaikan batu karang yang tak tergoncangkan oleh badai,
demikian pula para bijaksana tidak akan terpengaruh oleh celaan maupun pujian.

Kisah Samanera Pandita (Dhammapada 6 : 80)

VI. Pandita Vagga - Orang Bijaksana

(80) Pembuat saluran air mengalirkan air, 
tukang panah meluruskan anak panah, 
tukang kayu melengkungkan kayu, 
orang bijaksana mengendalikan dirinya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------

Pandita adalah seorang putra orang kaya di Savatthi. Ia menjadi seorang samanera pada saat berusia tujuh tahun. Pada hari ke delapan setelah menjadi samanera, ia pergi mengikuti Sariputta Thera berpindapatta, ia melihat beberapa petani mengairi ladangnya dan bertanya kepada Y.A. Sariputta thera "Dapatkah air yang tanpa kesadaran dibimbing ke tempat yang seseorang kehendaki?" Sang Thera menjawab, "Ya, air dapat dibimbing kemanapun yang dikehendaki seseorang."

Mereka kemudian melanjutkan perjalanan, samanera melihat beberapa pembuat anak panah memanasi panah mereka dengan api dan meluruskannya. Selanjutnya ia melewati beberapa tukang kayu sedang memotong, menggergaji, dan menghaluskan kayu untuk dibuat roda kereta.

Kemudian ia merenung "Jika air yang tidak memiliki kesadaran dapat diarahkan kemanapun yang seseorang inginkan, jika bambu bengkok yang tanpa kesadaran dapat diluruskan, dan jika kayu yang tanpa kesadaran dapat dibuat sesuatu yang berguna, mengapa saya, yang punya kesadaran, tidak dapat menjinakkan pikiranku dan melatih meditasi ketenangan dan pandangan terang?"

Saat itu juga ia memohon izin kepada Y.A. Sariputta untuk kembali ke kamarnya di vihara. Di sana ia bersemangat dan rajin bermeditasi, menggunakan tubuh jasmani sebagai objek perenungan. Sakka dan para dewa membantu pelaksanaan meditasinya dengan cara menjaga kesunyian suasana vihara dan sekitarnya. Sebelum waktu makan tiba, samanera Pandita mencapai tingkat kesucian anagami.

Waktu itu, Y.A. Sariputta membawakan makanan untuk samanera. Sang Buddha melihat dengan kemampuan batin luar biasa-Nya bahwa Samanera Pandita telah mencapai tingkat kesucian anagami, dan jika ia meneruskan melaksanakan meditasi, maka tidak lama lagi mencapai tingkat kesucian arahat. Kemudian Sang Buddha memutuskan untuk mencegah Sariputta memasuki kamar samanera. Sang Buddha berdiri di muka pintu kamar samanera dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada Sariputta Thera. Ketika percakapan berlangsung di tempat itu, samanera mencapai tingkat kesucian arahat. Jadi, samanera mencapai tingkat kesucian arahat pada hari ke delapan setelah ia menjadi samanera.

Berkenaan dengan hal itu, Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu di vihara, "Ketika seseorang dengan sungguh-sungguh melaksanakan Dhamma, Sakka dan para dewa akan melindunginya dan menjadi pelindung. Saya sendiri mencegah Sariputta masuk di muka pintu kamar, sehingga samanera Pandita tidak terganggu. Samanera setelah melihat petani mengairi ladangnya, pembuat anak panah meluruskan panah-panah mereka, dan tukang kayu membuat roda kereta, menjinakkan pikirannya dan melaksanakan Dhamma, ia sekarang telah menjadi seorang arahat."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini:

"Udakaṃ hi nayanti nettikā
usukārā namayanti tejanaṃ
dāruṃ namayanti tacchakā
attānaṃ damayanti paṇḍitā."

Pembuat saluran air mengalirkan air,
tukang panah meluruskan anak panah,
tukang kayu melengkungkan kayu,
orang bijaksana mengendalikan dirinya.

Kisah Mahakappina Thera (Dhammapada 6 : 79)

VI. Pandita Vagga - Orang Bijaksana

(79) Ia yang mengenal Dhamma
akan hidup berbahagia dengan pikiran yang tenang. 
Orang bijaksana selalu bergembira dalam ajaran yang dibabarkan oleh para Ariya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mahakappina adalah raja dari Kukkutavati. Ia mempunyai seorang permaisuri bernama Anoja. Ia juga memiliki seribu orang menteri yang membantu kelangsungan pemerintahan.

Suatu hari, Raja bersama seribu menterinya pergi ke taman. Di sana mereka bertemu dengan beberapa pedagang dari Savatthi. Mendengar tentang Buddha, Dhamma, dan Sangha dari para pedagang, Raja dan menteri-menterinya segera pergi ke Savatthi.

Pada hari itu, ketika Sang Buddha mengamati dunia dengan kemampuan batin luar biasa-Nya, Beliau melihat bahwa Mahakappina dan para menterinya sedang dalam perjalanan menuju Savatthi. Beliau juga mengetahui bahwa mereka dapat mencapai tingkat kesucian arahat.

Sang Buddha pergi ke suatu tempat yang jauhnya 120 yojana dari Savatthi intuk menemui mereka. Di sana, di bawah pohon banyan di tepi sungai Candabhaga, Sang Buddha menunggu mereka.

Raja Mahakappina dan para menterinya sampai di tempat dimana Sang Buddha menunggu. Ketika mereka melihat Sang Buddha dengan enam warna terpancar dari tubuhnya, mereka mendekati Sang Buddha dan menghormat kepada beliau. Sang Buddha kemudian memberikan khotbah kepada mereka. Setelah mendengarkan khotbah itu, raja dan para menterinya mencapai tingkat kesucian sotapatti. Mereka memohon kepada Sang Buddha untuk diterima menjadi bhikkhu. Sang Buddha melihat masa lalu (kehidupan lalu) mereka, dan mengetahui bahwa mereka sudah pernah mempersembahkan jubah kuning pada kehidupan lampau. Beliau lalu berkata kepada mereka, "Ehi bhikkhu", dan mereka semua menjadi bhikkhu.

Sementara itu, Permaisuri Anoja, mendengar tentang kepergian raja ke Savatthi, memanggil istri dari seribu orang menterinya dan bersama-sama mereka mengikuti jalan yang dilalui raja. Mereka juga sampai ke tempat dimana Sang Buddha sebelumnya menemui raja Kukkutavati. Mereka menemui Sang Buddha yang memancarkan enam warna dan kemudian menghormat Beliau. Pada saat itu Sang Buddha dengan kemampuan batin-Nya, membuat raja dan para menterinya tidak dapat dilihat, sehingga istri-istri mereka tidak dapat melihat mereka. Oleh karena itu, ratu bertanya dimana raja dan para menterinya berada. Sang Buddha berkata kepada ratu dan rombongannya untuk menunggu beberapa saat dan menyatakan tak lama lagi raja akan datang bersama para menterinya. Kemudian Sang Buddha memberikan khotbah lain kepada mereka. Pada saat khotbah berakhir, raja dan para menterinya mencapai tingkat kesucian arahat. Ratu dan para istri menteri mencapai tingkat kesucian sotapatti. Setelah itu ratu dan rombongannya melihat bhikkhu yang baru saja ditahbiskan dan mengenali mereka bahwa mereka sebelumnya adalah suaminya.

Wanita-wanita itu kemudian memohon izin kepada sang Buddha untuk diterima menjadi bhikkhuni; mereka langsung pergi ke Savatthi. Di sana mereka diterima menjadi bhikkhuni, dan tak lama kemudian mereka juga mencapai tingkat kesucian arahat. Kemudian Sang Buddha kembali ke Vihara Jetavana bersama seribu bhikkhu.

Di Vihara Jetavana, Mahakappina ketika beristirahat sepanjang malam atau pada siang hari sering berkata, "Oh, bahagia!" (Aho Sukham). Para bhikkhu yang mendengarkan beliau mengucapkan kata-kata itu beberapa kali dalam sehari, melaporkan hal tersebut kepada Sang Buddha. Kepada mereka sang Buddha menjawab "Anakku Kappina telah merasakan bahagianya kehidupan dalam Dhamma dengan pikiran yang tenang, ia mengucapkan kata-kata itu sebagai ungkapan kegembiraan yang meluap-luap berkenaan dengan nibbana."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini:

"Dhammapīti sukhaṃ seti vippasannena cetasā
ariyappavedite dhamme sadā ramati paṇḍdito."

Ia yang mengenal Dhamma akan hidup berbahagia
dengan pikiran yang tenang.
Orang bijaksana selalu bergembira dalam ajaran
yang dibabarkan oleh para Ariya.
------------

Notes :
Dari beberapa sumber lain, disebutkan bahwa Maha Kappina berasal dari daerah utara, Kukkutavati diperkirakan adalah daerah sekitar Kabul, atau Kamboja. Ia juga disebutkan memiliki kulit yang pucat, lebih putih dari orang India kebanyakan.

Dari tempat asalnya menuju Savatthi adalah perjalanan yang sangat jauh, dan harus menyeberangi 3 sungai besar. Karena itulah Sang Buddha menunggu mereka 120 yojana dari Savatthi di tepi sungai yang terakhir.
Satu yojana kira-kira berkisar antara 6-15 km, jadi 120 yojana kira-kira 720 - 1800 km. Kira kira seperti jarak Jakarta – Surabaya 781 km, tetapi kalau dilihat di peta, kira-kira jarak dari daerah sekitar New Delhi-sungai Gangga ke daerah dekat Lahore, yaitu sekitar 500-600 km. Sangat jauh... tapi tentu saja ini hal yang mudah untuk Sang Buddha ;)

Kisah Channa Thera (Dhammapada 6 : 78)

VI. Pandita Vagga - Orang Bijaksana

(78) Jangan bergaul dengan orang jahat, 
jangan bergaul dengan orang yang berbudi rendah, 
tetapi bergaullah dengan sahabat yang baik, 
bergaullah dengan orang yang berbudi luhur.
----------------------------------------------------------------------------------------------------

Channa adalah kusir yang menyertai Pangeran Siddhattha ketika beliau meninggalkan istana dan keduniawian dengan menunggang seekor kuda. Ketika Sang Pangeran telah mencapai tingkat Kebuddhaan, Channa juga menjadi seorang bhikkhu. Sebagai seorang bhikkhu, ia sangat sombong dan bersikap ingin menguasai karena hubungannya yang dekat dengan Sang Buddha. Channa kerap berkata, "Saya yang menemani Tuanku ketika beliau meninggalkan istana dan menuju ke hutan. Pada waktu itu, saya satu-satunya teman beliau, dan tiada yang lainnya. Tetapi sekarang, Sariputta dan Mogallana mengatakan bahwa mereka berdua adalah Murid Utama dan mempunyai kekuasaan untuk mengatur dan memerintah para bhikkhu!"

Ketika Sang Buddha memanggilnya dan memperingatkan perihal perilakunya itu, ia diam, tetapi kemudian tetap mencela dua murid utama, Sariputta dan Mogallana. Sampai tiga kali Sang Buddha memanggil dan memperingatkannya, tetapi ia tetap tidak berubah. Sekali lagi Sang Buddha memanggil Channa, dan berkata, "Channa, dua bhikkhu yang mulia ini adalah teman yang baik untukmu, kamu harus bergaul dengan mereka dan jalinlah hubungan yang baik dengan mereka."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini:

"Na bhaje pāpake mitte na bhaje purisādhame,
bhajetha mitte kalyāṇe bhajetha purisuttame."

Jangan bergaul dengan orang jahat,
jangan bergaul dengan orang yang berbudi rendah,
tetapi bergaullah dengan sahabat yang baik,
bergaullah dengan orang yang berbudi luhur.

Walau telah diperingatkan beberapa kali dan nasehat-nasehat juga telah diberikan oleh Sang Buddha, Channa tetap berlaku sesuka hatinya dan terus berkata-kata yang tidak baik terhadap bhikkhu-bhikkhu tersebut. Mengetahui hal ini, Sang Buddha berkata, bahwa Channa tidak akan berubah selama Sang Buddha masih hidup, tetapi setelah Sang Buddha mangkat (parinibbana), Channa pasti akan berubah. Pada malam kemangkatanNya (parinibbana), Sang Buddha memanggil Ananda Thera ke samping tempat berbaring beliau dan memerintahkan Ananda Thera agar menjatuhkan hukuman Brahma (Brahmadanda*) kepada Channa. Sebagai contoh, para bhikkhu tidak boleh menghiraukannya dan tidak boleh berurusan dengan Channa.

Setelah Sang Buddha mangkat (parinibbana), Channa mendengar hukuman yang diberikan oleh Ananda Thera. Ia merasakan penyesalan yang mendalam atas kesalahan-kesalahannya sehingga ia tidak sadarkan diri sebanyak 3 kali. Kemudian ia mengakui kesalahannya kepada para bhikkhu dan meminta maaf. Pada saat itu, ia mengubah tingkah lakunya dan pandangannya. Ia juga patuh pada petunjuk mereka dalam praktek meditasi, dan beberapa waktu kemudian Channa mencapai tingkat kesucian arahat.
------------

Notes :
* brahmadanda : yaitu hukuman dimana para bhikkhu Sangha harus mendiamkan (tidak bicara dengan si terhukum), tidak menegur, menasehati ataupun memberi petunjuk, dan tidak berurusan dengan Channa.

Channa lahir pada hari yang sama dengan pangeran Siddhartha, ia adalah kusir pangeran Siddharta. Ia menjelaskan kepada pangeran Siddhartha mengenai 4 kejadian; yaitu ketika mereka berdua bertemu orang tua, orang sakit, orang mati, dan seorang pertapa. Selain itu juga ia menyertai pangeran Siddhartha ketika Siddhartha melaksanakan pelepasan agung dengan mencukur rambut dan memakai jubah pertapa. Karenanya Channa merasa sombong, merasa spesial, dan bersikap otoriter terhadap bhikkhu yang lain dan sering mengkritik kedua murid utama YA Sariputta & Moggallana. Ia tidak mau menerima petunjuk dan nasehat dari bhikkhu-bhikkhu lain. Ketika bhikkhu-bhikkhu lain menasehatinya, Channa malah balik berkata, “Kamu pikir kamu berhak menasehati aku ? Akulah yang harusnya menasehati kamu ! Sang Buddha adalah milikku, Dhamma adalah milikku, karena pangeran mudakulah Dhamma dapat direalisasikan dan dibabarkan..dst dst”.

Dan lain kali, ketika diperiksa mengenai pelanggaran yang lain, ia tidak mau menjawab dan diam saja. Pendek kata, bhikkhu Channa ini tidak bisa dinasehati, beberapa kali telah dikenakan sanksi, dan ini adalah sanksi yang terakhir yang akhirnya bisa mengubah sifat beliau.

Untungnya, pelanggaran yang dilakukan beliau bukanlah pelanggaran besar.

Pelanggaran paling besar bagi seorang bhikkhu/bhikkhuni adalah 4 Parajika (yaitu melakukan hubungan seks baik dengan hewan/manusia/makhluk lain, mencuri, membunuh manusia, mengaku sudah mencapai tingkat tertentu padahal belum).

Jika seorang bhikkhu/bhikkhuni melakukan salah satu dari 4 parajika ini, begitu ia melakukannya otomatis dia bukan bhikkhu lagi, ia telah ‘dikalahkan’ (parajika = defeated = dikalahkan), dan tidak berhak lagi mengenakan jubah bhikkhu dan menjadi anggota Sangha. Kalau ia tidak punya kesadaran sendiri untuk lepas jubah dan tidak ada yang mengeluarkannya dari Sangha (karena tidak ada yang tahu atau pura-pura tidak tahu), statusnya bukan lagi bhikkhu, tetapi hanya sebagai penipu yang mengenakan jubah bhikkhu. Seorang bhikkhu yang telah melanggar 4 Parajika, tidak dapat kembali menjadi anggota Sangha dalam kehidupan yang sama/sekarang.

Kisah Bhikkhu Assaji dan Punabbasuka (Dhammapada 6 : 77)

VI. Pandita Vagga - Orang Bijaksana

(77) Biarlah ia memberi nasehat, petunjuk,
dan melarang apa yang tidak baik,
orang bijaksana akan dicintai oleh orang yang baik
dan dijauhi oleh orang yang jahat.
---------------------------------------------------------------------------------------------------

Bhikkhu Assaji dan Punabbasuka bersama dengan lima ratus orang muridnya, tinggal di desa Kitagiri. Ketika bertempat tinggal di desa itu, mereka memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara menanam bunga dan pohon buah-buahan untuk keuntungan. Jadi mereka melanggar peraturan dasar bagi kehidupan para bhikkhu.

Setelah Sang Buddha mendengar hal itu, beliau mengirimkan dua orang siswa utama-Nya, Sariputta dan Maha Moggallana, untuk menghentikan perbuatan mereka yang tidak patut. Kepada kedua siswa utama-Nya Sang Buddha berkata, "Katakan kepada para bhikkhu itu, jangan merusak keyakinan dan kemurahan hati umat awam dengan perbuatan yang tidak patut. Jika mereka tidak patuh, paksalah mereka untuk keluar dari vihara. Jangan ragu-ragu untuk melakukan seperti apa yang telah saya katakan kepadamu, karena hanya orang bodoh tidak menyukai orang yang memberikan nasehat baik dan melarang berbuat jahat."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini:

"Ovadeyyānusāseyya asabbhā ca nivāraye,
sataṃ hi so piyo hoti asataṃ hoti appiyo."

Biarlah ia memberi nasehat, petunjuk,
dan melarang apa yang tidak baik,
orang bijaksana akan dicintai oleh orang yang baik
dan dijauhi oleh orang yang jahat.
----------

Notes :
sekadar bahan renungan untuk menggelitik pembaca :
apakah ketika dinasehati, kita tidak mau menerimanya karena merasa lebih tau dan lebih bijaksana ?
ataukah sebaliknya, kita merasa lebih bijaksana lalu menasehati orang lain,
padahal pemahaman dan kebijaksanaan kita sebenarnya masih kurang ?

Kisah Bhikkhu Radha (Dhammapada 6 : 76)

VI. Pandita Vagga - Orang Bijaksana 

(76) Pandanglah seseorang yang menegur dan menunjukkan kesalahanmu 
Seperti orang yang menunjukkan harta karun
Bergaullah dengan orang bijaksana itu
Karena orang yang bergaul dengannya
Akan menjadi lebih baik, dan tidak menjadi lebih buruk
------------------------------------------------------------------------------------------------------

Radha adalah seorang brahmana miskin yang tinggal di vihara dan melakukan pelayanan kecil untuk para bhikkhu. Atas pelayanannya ia memperoleh makanan, pakaian dan kebutuhan lainnya. Tidak ada seorang pun yang mendorongnya menjadi seorang bhikkhu, meskipun ia mempunyai keinginan yang besar untuk menjadi bhikkhu.

Suatu hari, ketika hari menjelang pagi Sang Buddha mengamati dunia dengan kemampuan batin luar biasa-Nya. Dilihat-Nya brahmana tua itu mempunyai kesempatan untuk mencapai tingkat kesucian arahat.

Paginya, Sang Buddha pergi menemui brahmin tua itu dan mengetahui bahwa para bhikkhu di vihara tersebut tidak menginginkan brahmin tua itu bergabung dalam pasamuan bhikkhu.

Sang Buddha mengundang para bhikkhu dan bertanya, "Apakah ada di antara para bhikkhu di sini yang mengingat hal baik yang pernah dilakukan oleh orang tua ini?"

Atas pertanyaan ini Yang Ariya Sariputta menjawab "Bhante, saya mengingat satu peristiwa ketika orang tua itu memberikan sesendok nasi kepada saya".

"Jika demikian", Sang Buddha berkata: "Tidakkah seharusnya kamu menolong dermawan itu untuk membebaskannya dari penderitaan hidup?"

Yang Ariya Sariputta setuju untuk menjadikan orang tua itu sebagai seorang bhikkhu dan kemudian menerimanya ke dalam Sangha sesuai tatacara semestinya. YA Sariputta membimbing bhikkhu tua itu dan bhikkhu tua itu mengikutinya dengan sungguh-sungguh. Dalam waktu beberapa hari, bhikkhu tua itu telah mencapai tingkat kesucian Arahat.

Ketika Sang Buddha datang untuk menemui para bhikkhu, mereka melaporkan bagaimana tekunnya bhikkhu tua itu mengikuti bimbingan YA Sariputta. Kepada mereka, Sang Buddha menjawab bahwa para bhikkhu seharusnya mudah dibimbing seperti Radha dan tidak jengkel ketika mendapat celaan atas kesalahan atau kelemahannya.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini:

"Nidhinaṃ va pavattāraṃ yaṃ passe vajjadassinaṃ
niggayhavādiṃ medhāviṃ tādisaṃ paṇḍitaṃ bhaje,
tādisam bhajamānassa seyyo hoti na pāpiyo."

Pandanglah seseorang yang menegur dan menunjukkan kesalahanmu
Seperti orang yang menunjukkan harta karun
Bergaullah dengan orang bijaksana itu
Karena orang yang bergaul dengannya
Akan menjadi lebih baik, dan tidak menjadi lebih buruk